Suatu
hari sekitar 3 tahun lalu telah menjadi titik balik kehidupan saya baik secara
mental maupun spiritual. Saat itu salah seorang tetangga saya, mampir ke
rumah dengan membawa buku “kun Fayakun”, karya Ustadz Yusuf Mansur. Tetangga
saya hanya berkata, “Mba baca deh, siapa tau bisa diambil manfaatnya”. Pada
saat itu saya tidak terlalu menanggapi dan hanya berpikir tidak ada masalah
dengan hidup saya, ibadah saya tidak pernah lalai, saya sudah merasa hidup
bahagia dengan suami yang sayang dan sangat perhatian, walaupun kami belum diamanahkan
keturunan setelah lewat 6 tahun kami menjalani bahtera rumah tangga. Hanya
faktor dari luar alias penilaian dan omongan orang yang terkadang membuat hati
ini menangis, akan keadaan kami yang belum dianugerahi keturunan yang saya
ingat sebagai masa-masa sulit.
Tetapi pada akhirnya saya tergoda juga untuk membaca
buku itu. Buku sederhana yang banyak berisikan cerita-cerita orang, dalam
menemukan jalan keluar dari setiap masalah yang mereka hadapi, dari orang yang
dipecat dari pekerjaannya, menderita penyakit parah, belum memiliki keturunan
seperti saya, belum bertemu jodoh, dsb.
Buku ini cukup membuat saya malu terhadap
Sang Maha Pencipta. Di buku itu dituliskan, apakah Anda memiliki keinginan
dalam hidup? Apakah Anda sudah berdo’a kepada Allah untuk mendapatkannya?
Seberapa sering Anda berdo’a untuk meminta? Apakah setiap sujud? Setiap selepas
shalat fardhu? Apakah Anda sudah mengambil hati Sang Maha Pencipta, dengan
ibadah-ibadah yang diutamakan? Apakah Anda sudah melakukan shalat rawatib, shalat
tahajud, membaca Al Qur’an, seberapa sering Anda membaca Al Qur’an?
Memperbanyak sedekah? Analogi
yang sangat sederhana, “Disaat kita mengiginkan sesuatu, maka yang harus kita
lakukan adalah mengambil hati Si Pemberi sesuatu itu”. Sudahkah kita
memantaskan diri kita dihadapan Sang Pemberi. Pertanyaan-pertanyaan yang
membuat saya merasa malu sendiri. Manusia yang suka lupa bahwa Allah Maha
SegalaNya, segala ujian, penyakit seluruhnya Allah yang memberi dan Allah juga
yang dapat memberi solusi. Saya merasa hidup saya normal, dengan suami
disamping yang selalu mensupport dari semenjak saya bekerja sebagai sekretaris
di Perusahaan Jepang, menjadi Guru Bahasa Jepang, suami yang memfasilitasi
seluruh hobi Craft yang saya cintai, sampai akhirnya saya mengambil Flanel
sebagai fokus kerajinan saya, namun ternyata
memang kami tersesat jauh dari jalan dan ridhaNya.
Akhirnya saya dan suami bersepakat untuk
menata hati dan iman, untuk kembali ke jalan Allah, kami belajar Tahajud, kami
saling membangunkan satu sama lain, menambah shalat kami dengan shalat sunnah
lain baik rawatib dan shalat dhuha, merutinkan membaca Al- Qur’an dengan
deadline yang kami buat masing-masing dan memperbanyak sedekah. Tentu saja
yang kami kerjakan karena Allah dengan harapan Allah Azza Wa Jalla mengijabah
do’a-do’a kami.
Setengah
tahun berjalan, kami tiada putus melakukannya sampai, suatu hari saya mendapati
perut saya terasa tidak biasa, telat semiggu membuat hati saya tidak menentu,
sampai akhirnya lewat 2 minggu saya memberanikan diri mengeceknya dengan test
pack diawali
dengan sholat sunnah 2 rakaat yang kami lakukan berdua. Pagi paling indah di dalam hidup saya, disaat test pack tersebut
mengindikasikan kehamilan saya, pagi penuh haru, diiringi sujud syukur kami
kepada Sang Pencipta, Allah wa Jalla. Walaupun pada akhirnya, janin yang saya
kandung divonis dokter tidak berkembang, janin yang bertahan hampir 3 bulan di
kandungan, sampai akhirnya tiba disaat ia tidak bertahan dan saya harus
mengalami kuretase. Sedih memang tapi kami kuat, karena kami yakin Allah pasti
punya rencana lebih indah untuk kami. Banyak kemudahan-kemudahan hidup yang
kami rasakan setelah berjalan di jalan Allah, banyak kejadiaan-kejadian yang
membuat kami haru sebagai hamba, walau terkadang tidak seperti yang kami
harapkan.
Setelah kejadian tersebut saya pun kembali menyibukkan diri dengan
melakukan eksperimen-eksperimen craft yang saya cintai walaupun saya belum
mengetahui tujuannya karena saya merasa sudah tidak memungkinkan untuk kembali
berjualan kaos flanel. Sampai akhirnya pada tgl 27 April setahun yang lalu saya
mendatangi perhelatan akbar para crafter, INAcraft. INACraft sebagai salah satu pameran
kerajinan terbesar yang ada di Indonesia dan sebagai ajang promosi bagi
produksi kerajinan dalam negeri untuk merambah pasar domestik maupun pasar luar
negeri melalui produk-produk unggulan. Datang ke event ini adalah impian para
Crafter apalagi jika datang sebagai pengisi acara.
Di
event ini lagi-lagi Allah membentangkan jalan-Nya. Di saat tahun lalu, saya masih datang sebagai pengunjung, yang Atas izin
Allah telah membukakan jalan atas
apa yang akan saya lakukan selanjutnya, yaitu bertemu dengan Manager Produksi
Tiara Aksa yang mengantarkan saya menjadi penulis seperti sekarang. Siapa yang
menyangka, bahwa saat ini saya didaulat untuk mengisi workshop di salah satu
stand INAcraft.
 |
INAcraft 2013
|
Kemudahan saya dalam menulis juga tidak lain tidak bukan atas
petunjuk Allah, dengan jalan yang telah dibukakannya, mungkin hari ini saya
berdiri sebagai penulis baru yang belum sukses atau terkenal, tapi saya yakin
Allah selalu punya rencana indah untuk saya dan saya hanya mengharap Ridha-Nya.
Bukankah Allah telah memberi tahu
kita “ mintalah pada Ku, niscaya engkau akan Ku-beri” dengan menyandarkan
harapan hanya pada Allah semata Allhamdulillah semua ide dan kreatifitas saya
mengalir dengan lancar. Saya pun dipertemukan dengan teman-teman dari berbagai
komunitas yang sangat hangat dan saling support salah satunya TDA Srikandi. Semoga
saya selalu diberi kekuatan dan keistiqamahan dalam menjalani kehidupan sesuai
keinginan dan ridha-Nya.
Kesempurnaan hidup bukan hanya berupa
materi semata, tetapi Iman di hati yang tak hilang sampai Ajal menjemput.
Langkah kaki yang begitu ringan
apabila kita mengenal Allah, Jangan biarkan ujian yang Allah beri membuat kita
jauh dari-Nya. Jadikanlah sebagai ajang kita muhasabah diri, menjadi hamba yang
ikhlas, dan ajang menimba pahala dan peluruh dosa, Aamiin Allahumma Aamiin.
Tulisan ini saya buat sebagai
pengingat bagi saya pribadi, untuk menjadi hamba yang Istiqomah, mohon maaf
bila ada yang tidak berkenan. Sungguh saya masih hamba yang dhaif. Saya masih
terus belajar dari Ilmu-Ilmu Allah yang tak berbatas.
#LetsBlogging
#10HariNgeblog Day#4